"Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan dewa dan selalu benar. Dan murid bukan kerbau.”(Soe Hok Gie)
SECARA umum tak ada orang yang senang menerima kritik. Bagaimana pun hebatnya seseorang, ia pasti tak akan kebal dari kritik. Pertama, Karena tak ada manusia yang sempurna dan luput dari kesalahan. Kedua,
Banyak orang yang senang mengkritik, meskipun mereka tahu dikritik itu
tidak enak. Memang tidak semua kritik itu benar. Namun, bagaimana kita
menyikapi kritik sebenarnya dapat mendorong perbaikan bagi kepribadian
kita.
Demikian pula juga seharusnya bagi seorang guru. Kedewasaan berpikir
menuntut seorang guru untuk menghadapi kritik, bukan malah
menghindarinya. Seorang guru harus selalu siap untuk menghadapi kritik
demi mencari jalan keluar, bukan untuk mencari siapa yang benar dan
siapa yang salah, atau siapa yang pintar dan siapa yang bodoh.
Nah lalu bagaimana caranya seorang guru menanggapi kritik, katakanlah kritik yang datang dari murid-murid mereka?
Pertama-tama, Seorang guru jangan langsung membela diri dan
menganggap semua kritik yang datang dari murid mereka itu salah.
Dengarkan dulu kritiknya dan mengerti apa maksudnya. Kedua,
Seorang guru harus pandai-pandai menganalisa mengapa ia dikritik sebelum
ia menanggapi kritik tersebut. Jika yakin kritikan yang diterima karena
si pengkritik ingin mendorong kita untuk lebih maju, terima saja
kritikan mereka. Karena pada dasarnya itu adalah saran yang kita
butuhkan untuk terus berkembang.
Jika kita yakin kita dikritik karena si pengkritik melihat sesuatu
yang salah dari apa yang kita lakukan, jujurlah pada diri kita sendiri.
Mungkin memang benar kita salah dan kita secara tidak sadar
melakukannya. Akuilah kesalahan kita dan berterimakasihlah kepada mereka
yang memberikan kritik. Karena mereka telah menyadarkan kita akan
kesalahan kita sendiri yang mungkin dapat berakibat fatal untuk kita ke
depannya.
Jika kita yakin bahwa kritik mereka adalah kritik yang sebetulnya
untuk “sekedar menguji”, jawab saja kritikan mereka dengan jujur. Tentu
integritas dan kemampuan kita akan terlihat jelas. Jika si pengkritik
puas dengan jawaban kita, maka diapun akan mengakui bahwa kita memang
memiliki integritas dan kemampuan.
Dengan demikian guru yang baik adalah guru yang selalu bersikap
obyektif, terbuka untuk menerima kritik terhadap kelemahan-kelemahan
yang ada pada dirinya, misalnya dalam hal caranya mengajar. Hal ini
diperlukan dalam upaya perbaikan mutu pendidikan demi kepentingan anak
didik sehingga benar-benar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik.
Keberanian melihat kesalahan sendiri dan mengakuinya tanpa mencari
alasan untuk membenarkan atau mempertahankan diri dengan sikap defensif
adalah titik tolak ke arah usaha perbaikan.***
Sumber : Syamsul Kurniawan, http://catatansyamsul.wordpress.com
0 comments:
Post a Comment